Budidaya lele organik masih
tergolong baru sehingga belum populer di masyarakat,walau Lele masih menjadi
makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu
akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. Berbeda, kalau organik sudah bebas
zat kimia. Sementara ditilik dari segi gizi, lele organik tingkat kolestorelnya
lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.
Abdul Kohar, 48,
petani lulusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada, adalah salah satu
petani Banyuwangi, yang merupakan pelopor pengembangan budidaya lele organik
dengan konsep mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media
hidup dan pakannya berasal dari bahan organik.sehingga berbeda dengan budidaya
lele nonorganik, biasanya dilakukan tanpa perlakuan khusus dengan pakannya
berasal dari pabrikan (pelet) dan hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele
organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele
biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagian sirip dan insang.
"Lele biasa warnanya sedikit lebih hitam, Lele organik juga lebih menonjol
dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai
rasa lele yang hidup di alam bebas. Dan tentunya, lebih sehat.”
Di belakang rumahnya,
Jalan Temuguruh, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ia membikin 12 kolam berukuran
masing-masing 3,5 meter x 4 meter untuk membudidayakan lele organik sejak masih
benih hingga siap konsumsi. Hanya cukup diberi pakan kotoran hewan
yang dicampur air dan tetes beserta enzim bakteri silanace untuk mempercepat
proses penguraian kotoran. Selang tujuh hari kemudian akan menghasilkan
banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Keuntungan lainnya, air di
dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik.
Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. "Menghemat biaya
dan tenaga,dan sisa air dalam kolam lele ternyata masih bisa dimanfaatkan
sebagai pupuk organik untuk tanaman".
Saat ini pakan ikan lele
yang berupa pellet, dipasaran mengalami kenaikan dari harga 6.000 rupiah per
kilogram menjadi 8.000 rupiah per kilogram. Untuk menghasilkan 1 ton ikan lele
siap konsumsi, jika menggunakan pakan pellet menghabiskan pakan 1 ton, dalam 1
kilogram ikan lele yang diberi pakan pelet berjumlah antara 8 hingga 9 ekor,
sedangkan yang diberi pakan organik 7 hingga 8 ekor. Saat ini harga ikan lele
di pasaran mencapai 15.000 rupiah per kilogram.
Beternak lele organik
tidak memerlukan terlalu banyak biaya, karena biaya budidaya lele yang paling
dominan adalah pakan, sedang pakan lele organik praktis tidak perlu membeli,
demikian pula dengan tenaga kerja saat pemeliharaan tidak diperlukan
lagi, polusi bau tidak sedap tidak terjadi, sisa air kolam masih bisa
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
Biaya Investasi :
yang perlu disiapkan tidak terlalu banyak, karena untuk memelihara lele, biaya
yang paling dominan adalah pakan
Perkiraan investasi untuk
kolam terpal 5 x 7 m :
1. terpal ukuran 5X7
= Rp. 60.000,-
2. bambu 10 batang @
10.000 = Rp. 100.000,-
3. Tenaga untuk pembuatan
/ merangkai kolam = Rp. 50.000,-
4. 1 ltr fermentor (EM4,
dll) = Rp. 38.000,-
5. 2 ltr tetes = 6000 x 2
= Rp. 12.000,-
6. Kotoran ternak 500 kg
(@ 2000 / 50 kg) = Rp. 20.000,-
7. Bibit : (5-2) x (7-2)
= 3 x 5 = 15 m2 x 250 ekor x Rp. 200 = 3750 ekor bibit x Rp. 200 = Rp.
750.000,-
Total investasi =
Rp. 1.030.000,-
Hasil : Usia 90 hari
panen dengan ukuran 1 Kg isi 8-10 ekor, resiko kematian 2 % harga partai 1 Kg
lele Rp. 15.000.
= (3750 - 76) / 10 = 3674
/ 10 = 367.4 kg x 15000
= Rp. 5.511.000,-
Profit = Hasil - investsi
= 5.511.000 - RP.
1.030.000 = Rp. 4.481.000,-
dan sisa air kolam
bisa dijadikan pupuk organik.
CARA PEMANFAATAN FESES
TERNAK UNTUK PAKAN IKAN LELE
Bahan-bahan yang
dibutuhkan :
1. Kotoran TERNAK, basah
atau kering
2. Tetes tebu / molase /
gula
3. Fermentor (EM4,
Prodecom, dll)
APLIKASI FESES TERNAK
UNTUK PAKAN IKAN LELE
Tebarkan kotoran TERNAK
secara merata di dasar kolam dengan perbandingan 500 kg untuk 1000 ekor bibit
lele, lalu isi kolam dengan air tanah sampai dengan ketinggian 10 cm dari
permukaan kotoran TERNAK.
- Campurkan
fermentor dengan molase dengan perbandingan 1 lt fermentor, 2 lt molase
dan 10 lt air sampai merata.
- Biarkan
selama 2 jam agar bakteri menjadi aktif.
- Masukkan
campuran fermentor, molase dan air tanah ke dalam kolam secara merata
supaya proses fermentasi sempurna, dan biarkan selama 7 hari.
- Setelah
7 hari, kolam diisi air sampai batas maksimal, lalu dibiarkan selama 3
hari
- Setelah
semua proses dilakukan, masukkan bibit ikan lele ukuran 7/9 ke dalam kolam
dengan perbandingan 1 m2 untuk 250 - 300 ekor bibit.
- Pada
saat memasukkan bibit ikan lele, jangan lupa melakukan aklimatisasi selama
kurang lebih 2 jam
- Bila
semua prosedur sudah dilakukan, maka 90 hari kemudian akan bisa panen ikan
lele.
Selamat mencoba dan
semoga sukses
CATATAN :
Kotoran ternak yang
digunakan adalah kotoran yang sudah dilayukan / di angin-anginkan, minimal
selama 2 minggu - 1 bulan, supaya kadar gas methan dan amoniak yang terkandung
didalamnya jadi minimal. Kadar amoniak dan gas methan yg tinggi berbahaya bagi
bibit lele yg notabene terbiasa dengan perawatan secara non-organik. Juga
jangan lupa melakukan aklimatisasi / pengadaptasian, dengan cara : menaruh
bibit lele & air dari kolam asal dalam suatu wadah khusus, lalu secara
perlahan air kolam dialirkan kedalam wadah tersebut, dan secara perlahan air
dari kolam asli akan terganti dengan air kolam yang akan digunakan untuk tempat
budidaya bibit. Perubahan temperatur & kandungan air yang terlalu mendadak
dapat mengakibatkan bibit lele stress, sehingga resiko kematian meningkat.
Untuk mencapai
keseragaman ukuran, sebaiknya setiap 1 bulan sekali dilakukan penyaringan /
penyortiran ikan. ikan yang besar dicampur dengan yg besar, dan yg kecil
dicampur dengan yg kecil. Dengan begitu, maka saat dijual akan didapatkan
ukuran ikan yg seragam, dan perkembangan ikan juga lebih baik.
Pilihan
Artikel
=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar